“Pikulan Satu dipikul Berdua, Rapat-rapat seperti Biji Timun Suri : Hari Kebangkitan Nasional sebagai Peringatan untuk Menjaga Persatuan Bangsa”

Kepala Sekretariat Perwakilan sebagai                                   Inspektur Upacara

Ambon, 2018. Bung Karno menggambarkan persatuan bangsa layaknya sapu lidi, jika tidak diikat, lidi tersebut akan tercerai berai dan tidak berguna. Perumpamaan tersebut menjadi bagian dari sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Republik Indonesia dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-110. 

Sambutan tersebut dibacakan oleh Kepala Sekretariat Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Maluku, Arif Rahmansyah, selaku Inspektur Upacara pada saat pelaksanaan upacara memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-110. Upacara bendera tersebut dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2018 di halaman kantor  BPK Perwakilan Provinsi Maluku dengan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Keuangan, Yuli Awaluddin Purba, sebagai komandan upacara.

 Dalam sambutan tersebut, Menkominfo juga mengatakan bersatu adalah kata kunci ketika masyarakat Indonesia ingin menggapai cita-cita yang sangat mulia. Boedi Oetomo menjadi salah satu penanda utama bahwa bangsa Indonesia bersatu untuk pertama  kalinya. Dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana saat itu, mereka terus menghidupkan api nasionalisme dalam diri masing-masing. Setelah Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang besar dan maju, Hari Kebangkitan Nasional ini harus dimaknai dengan upaya-upaya penyadaran setiap masyarakat Indonesia untuk mengembangkan dan meningkatkan kapasitas diri.

Upacara dipimpin oleh Kepala Sub Bagian     Keuangan sebagai Komandan Upacara

 “Pembangunan Sumber Daya Manusia Memperkuat Pondasi Kebangkitan Nasional Indonesia dalam Era Digital”, dipilih menjadi tema peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-110. Tema tersebut sangat selaras dengan semangat persatuan yang sudah dibentuk sejak lahirnya Boedi Utomo. Dalam sambutan tersebut juga dijelaskan bahwa kita harus menjaga persatuan dalam memecahkan masalah, harus berbagi beban yang sama, merapatkan barisan, jangan sampai terpecah belah. Menkominfo menyebutkan hal tersebut sama seperti pepatah lama dari Aceh, “Pikulan satu dipikul berdua, rapat-rapat seperti biji timun suri.”